Perjalanan itu akan terus berlangsung kawan, entah dimana jalan itu akan berakhir. Terkadang jejak itu terhapus angin yang membawa debu, terkadang oleh hujan yang menyegarkan. Hanya saja kita harus menentukan kapan waktu untuk berhenti dan kapan waktu untuk berdiri

Gunung Penanggungan

Kali ini perjalanan kami tepat pada malam pergantian tahun, 31 Desember 2010. Dengan sepeda motor, rombongan kami pun pergi untuk mendaki gunung Penanggungan. Menurut informasi yang saya dapat, gunung ini mempunyai tinggi 1.653 Mdpl, terletak di perbatasan Pasuruan dan Mojokerto.

Dari Surabaya kami berangkat pukul 22.20 WIB yang kemudian kami lanjutkan menuju trawas tepatnya di PPLH Seloliman. Kurang lebih 2 jam untuk menuju kaki gunung penanggungan. Sesaat kami nikmati gebyar pesta kembang api yang ditunjukkan dari kaki gunung ini karena kita tiba tepat pukul 00.00 WIB. Wah…wah…wah…berapa rupiah yang harus dikeluarkan untuk hal boros semacam itu ya…!!!

Dari sini kami parkir motor dan kemudian melapor ke pos pendakian. Setelah semua kebutuhan sudah oke, kami pun breafing sebentar yang akhirnya kami lanjutkan dengan do’a semoga perjalanan kami diberi kemudahan dan kelancaran oleh Alloh SWT.

Di persimpangan entah kedua atau ketiga dari pos kami sempat tersesat cukup jauh, yang harusnya kami ambil arah kanan tapi kita malah ambil kiri. Alhamdulillah rekan kami sempat bertanya pada pemimpin safar dan kami coba membaca isyarat dari teman yang sudah sampai di puncak duluan dengan isyarat senter, kalau tidak malah lebih jauh lagi kita jalan…huuufffttt. Akhirnya kami pada track yang benar, karena jalan setapak yang relatif mudah diketahui. Meskipun begitu medan yang disajikan gunung ini tidak bisa dianggap remeh karena jalan terjal dan becek ga’ ada ojek…hahaha…

Di tengah perjalanan beberapa dari anggota kami akhirnya memutuskan untuk berhenti alias tidak melanjutkan perjalanan karena ada seorang anak dari teman merasa kurang enak badan dan sebagian yang lain terserang kantuk.

Empat jam perjalanan tak terasa kita lalui. Tepatnya pukul 04.15 WIB kami sampai di dataran yang kata pendaki lain bernama Puncak Bayangan karena memang masih terlihat puncak yang tertinggi dari gunung Penanggungan, yang menurut informasinya masih satu jam perjalanan lagi. Disini kami tunaikan shalat Shubuh dulu sambil beristirahat dan menunggu badai kabut reda.

Setelah kami tunggu hingga 2 jam, badai kabut belum juga reda. Akhirnya kami putuskan untuk turun karena udara dingin yang sangat menusuk tulang dan tidak seorang pun dari kami yang membawa tenda. Sayang sekali memang tapi kelak dapat kami jadikan pelajaran bila Alloh SWT masih mengijinkan kami untuk berkunjung kembali.

Di tengah perjalanan saat kami turun ternyata teman-teman kami yang tertinggal masih menunggu di bivak yang terbuat dari ponco sambil membuat minum hangat-hangat…hahaha kreatif juga. Akhirnya kami turun bersama dan sampai di pos pukul 09.30 WIB atau kurang lebih 3 jam perjalanan itupun sudah bonus istirahat.

Tanpa babimu kami langsung ambil motor dan langsung melesat ke Surabaya meskipun pakaian kami penuh lumpur. Sekitar pukul 13.00 WIB kami sampai di rumah setelah kami mengisi perut di tengah perjalanan.

READ MORE - Gunung Penanggungan

Bukit Panderman

Jum’at 24 Desember 2010. Kali ini tujuan kami adalah Bukit Panderman yang terletak di Dusun Toyomerto, Desa Songgokerto, Kecamatan Batu, Malang. Mulanya kami berpikir untuk naik angkutan umum untuk menuju kesana, akan tetapi karena perjalanan malam kami takut tidak mendapat angkot maka kami putuskan untuk menggunakan sepeda motor saja.

Perjalanan dari Surabaya menuju kota Batu kami tempuh dalam jangka waktu 3 jam itupun sudah termasuk bonus beristirahat di jalan…hehehe…Setibanya dari pabrik Bentoel kota Batu kami menuju desa Pesanggrahan dan mampir dulu di rumah kerabat, perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Subhanallah, sampai di rumah kerabat kami di suguhi keakraban yang jarang sekali kami dapati. Segelas teh panas selamat datang semakin membuat kami relaks dan sejenak perbincangan dengan tuan rumah sambil sesekali mengecap kacang rebus yang tersedia semakin membuat kami mengerti tentang keakraban mereka. Tak selang berapa lama kami pun beranjak tidur agar besok, badan kami terasa segar dan siap menempuh perjalanan ke puncak Panderman.

Adzan Subuh berkumandang menggelitik di telinga. Kami pun bergegas menuju ke masjid sekitar untuk menunaikan kewajiban kami sebagai seorang muslim. Cuaca yang cukup dingin bisa tiga kali lipat dibanding Malang akan dirasakan ketika berada di lokasi ini. Selepas sholat Subuh kami bersiap dan bergegas menuju ke TKP. Sekitar pukul 05.30 WIB kami menuju Dusun Toyomerto, Desa Songgokerto, Kecamatan Batu, Malang. Satu jam perjalanan, akhirnya kami sampai di basecamp. Selepas memarkir motor di warga sekitar, waktunya untuk memenuhi kebutuhan perut kami.

Pukul 08.25 WIB, kami memulai ekspedisi dari desa yang mayoritas penduduknya peternak sapi perah ini. Perjalanan di mulai dengan jalan macadam dan setiap pengunjung masuknya tidak dikenakan biaya alias gratis.

Belum seperempat perjalanan kami bertemu suatu tempat yang tampaknya untuk menambang pasir dan kerikil. Wah…wah sedikit ngeri kalo lihat keadaan seperti ini tapi bagaimana lagi para penambang itu pun juga harus menghidupi keluarga mereka. Selanjutnya jalan air yang menggiring kami sampai menemukan satu-satunya sumber air yang berasal dari pipa yang sengaja dilubangi mungkin memang untuk keperluan minum atau kebutuhan lainnya.

Di tengah perjalanan, kami hampir saja tersesat yang harusnya kami ambil rute kiri arah bukit panderman tapi kami malah lurus arah gunung yang entah namanya saya sendiri kurang paham. Alhamdulillah kami diberitahu oleh pendaki lain dan para petani disana. Tak lama berjalan kami menemukan bumi perkemahan yang cukup luas, namanya “Pelataran Ombo”. Perjalanan kami lanjutkan, sesekali kami berhenti untuk mengatur nafas dan berjalan kembali. Untuk mencapai puncak bukit ini membutuhkan perjalanan sekitar 3-4 jam. Dan jika beruntung dapat menjumpai Monyet yang lucu-lucu yang terkadang akan membawa bekal anda.

Wisata ini sangat cocok untuk pendaki pemula. Selain jalannya yang tidak terlalu menanjak, sepanjang perjalanan pengunjung dapat melihat pemandangan indah dan melihat rindangnya pepohon pinus. Selain dari kalangan pendaki, juga orang-orang datang sekedar menghilangkan kepenatannya. Jika sudah berada dipuncak, pada malam hari para pengunjung dapat menikmati kerlap-kerlip kota Malang.

Setelah menunaikan shalat dhuhur dan menjamak qashar dengan shalat ashar, kami lanjutkan untuk turun. Akan tetapi jalan yang kami lalui merupakan jalur yang biasanya di aliri oleh air apalagi sepertinya kemarin malam tengah turun hujan jadi banyak dari kami yang jatuh terpeleset. Di tengah perjalanan, kami berhenti untuk makan dan tak lama hujan menerpa wajah-wajah kami. Hahaha…yang pastinya malah kelimpungan banget.

Sekitar pukul 17.00 WIB kami sampai di basecamp, lalu kami ambil motor yang kami titipkan ke warga sekitar dan melanjutkan perjalanan ke rumah kerabat untuk bersih diri. Pukul 21.00 WIB kami pulang menuju ke Surabaya bersama rasa kantuk, capek yang menyelimuti perjalanan kami sehingga kami pun harus banyak berhenti untuk istirahat. Alhamdulillah, tepat 02.00 WIB kami sampai di rumah dan tidur dengan pulas tanpa kekurangan satu apapun.

READ MORE - Bukit Panderman